MENJADI GURU SEJAHTERA DENGAN CARA BERBEDA
- Published in Pendidikan
Waktu saya melakukan pelatihan guru sekolah SD/MI swasta berbasis Islam di sebuah kota di Jawa tengah, saya meminta kepada pihak panitia untuk menyiapkan tempat menginap di rumah guru yang gajinya kecil. Kebiasaan menginap di rumah guru yang gajinya kecil terkadang saya lakukan, tujuannya adalah supaya saya selalu merasa bersyukur dan tujuan lainnya adalah mencari solusi bagaimana menyejahterakan guru. Sebab kesejahteraan guru selalu menjadi polemik tiap tahun ketika menghadapi Hari Pendidikan Nasional atau di Hari Guru Nasional. Apalagi dengan adanya Rancangan Undang-Undang Sisdiknas, polemik tentang kesejahteraan guru saat ini semakin menghangat.
Guru yang rumahnya dijadikan tempat saya menginap gajinya sebesar Rp600.000 sebulan. Walaupun guru tempat saya menginap belum berumah tangga dan masih tinggal dengan orang tua, tapi faktanya memang gaji sebesar itu ternyata tidak cukup. Sehingga untuk menambah penghasilannya, guru tersebut mengadakan les tambahan di rumahnya. Bayaran lesnya pun menurut saya termasuk kategori murah yaitu setiap orang dikenakan Rp5.000/pertemuan dan jumlah muridnya tidak begitu banyak.
Ternyata nasib seperti ini banyak dialami oleh teman-temannya sesama guru di sekolah. Saya mengetahui hal ini ketika pelatihan sudah dilaksanakan. Banyak guru yang tak sengaja mencurahkan isi hatinya mengenai kondisi gaji yang diterimanya. Ternyata rata-rata pendapatan para guru ini masih di bawah 1 juta per bulan sementara UMK di kotanya sudah di atas 2 juta. Meski mereka sudah berumah tangga dan bekerja lebih dari 10 tahun, namun rupanya belum juga mendapat tunjangan profesi guru dari pemerintah.
Efek gaji yang kecil menyebabkan banyak guru-guru di sekolah tersebut yang lolos menjadi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) langsung memutuskan untuk pindah tempat mengajar. Kepindahan guru-guru swasta ke sekolah negeri membuat guru-guru yang tersisa, kerjanya semakin berat sementara penghasilan tidak bertambah. Berdasarkan pengalaman saya melatih ke berbagai daerah, fenomena seperti ini banyak terjadi khususnya pada sekolah swasta yang berbasis agama.
Masalah kesejahteraan guru di banyak sekolah swasta tidak pernah kunjung selesai, karena rata-rata para siswa yang belajar di sekolah tersebut berasal dari keluarga biasa saja dan jumlah muridnya pun kadang tidak banyak. Sehingga jika SPP dinaikkan oleh pihak sekolah maka akan menimbulkan protes dari orang tua siswa. Jika tunjangan profesi dari pemerintah tidak kunjung diperoleh maka kondisi penghasilan guru akan terus seperti itu. Hal itu tentunya akan berdampak kurang baik bagi sekolah-sekolah yang gaji gurunya masih kecil. Sebab guru menjadi tidak fokus untuk mendidik murid-muridnya karena konsentrasinya terbagi untuk memikirkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Jika tidak ada bantuan dari pihak luar, seperti tunjangan profesi dari pemerintah pusat, tunjangan untuk guru dari pemerintah daerah, atau mendapat bantuan uang dari donatur sekolah atau dari wakaf produktif, maka nasib guru tidak akan berubah. Saya sebagai rakyat biasa tidak bisa memberi solusi menyejahterakan guru secara sistematis karena solusi menyejahterakan guru secara sistematis harus melalui undang-undang yang merupakan ranah dari pemerintah. Saya mencoba memberikan saran untuk membuat guru sejahtera hanya untuk masing-masing individu saja berdasarkan dalil-dalil agama yang saya resapi dan dari pengalaman guru-guru sejahtera yang saya temui selama melatih di berbagai daerah serta pengalaman pribadi saya.
Dalil yang saya jadikan sandaran untuk menyejahterakan guru adalah Q.S. Al-Mujadilah: 11, “…. niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….”. Kita tentunya sepakat orang yang Allah angkat derajatnya, tentu akan berada di posisi terhormat di hadapan manusia. Insyaallah posisi terhormat di hadapan manusia ini akan disertai dengan kesejahteraan hidup dan kesuksesan hidup.
Berdasarkan ayat di atas, posisi guru adalah profesi yang sangat mudah untuk derajatnya terangkat karena profesi guru sangat berkaitan dengan keimanan dan keilmuan. Oleh karena itu, jika guru ingin memiliki derajat tinggi, ingin dihormati atau ingin sejahtera maka guru tersebut harus beriman. Ciri guru beriman bagi yang beragama Islam adalah rajin dan ikhlas menjalankan ibadah seperti salat berjamaah, salat tahajud, salat duha, puasa sunah, membaca Al-Qur’an, berzikir, bersedekah, dan amalan ibadah lainnya.
Selain beriman, guru pun harus berilmu. Sebagai ciri orang berilmu, guru harus rajin mengajar dan harus rajin belajar. Guru ketika mengajar niatnya harus untuk mendapat ridho Allah, bukan karena untuk mendapat upah atau gaji. Guru pun ketika belajar baik dengan cara mengikuti pelatihan, atau belajar secara autodidak atau mengikuti kuliah formal di jenjang S2 atau S3, niatnya harus untuk mendapat ridho Allah bukan karena ingin dapat jabatan, naik pangkat, atau penambahan tunjangan. Belajar bagi seorang guru adalah aktivitas yang tidak boleh ditinggalkan karena ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat.
Berikutnya guru juga perlu melakukan aktivitas lain yang masih berhubungan dengan pendidikan, seperti melakukan les tambahan atau les privat dengan tujuan untuk mendapatkan ridho Allah. Oleh karena itu, sangat disarankan les ini dilakukan dengan bayaran seikhlasnya. Selain itu guru juga bisa membuat karya dengan cara membuat buku, membuat alat peraga, dan membuat konten YouTube yang menunjang pembelajaran, serta karya-karya lainnya yang dapat menunjang pembelajaran dan pendidikan. Niatkan semua itu utamanya dalam rangka mendapat ridho Allah, walaupun mungkin nanti ada keuntungan finansial yang didapat.
Jika guru melaksanakan hal-hal di ketiga paragraf di atas, insyaallah guru tersebut akan berderajat tinggi dan termasuk kategori orang yang bertakwa kepada Allah. Hal yang akan didapat bagi manusia yang melakukan hal ini ada pada Q.S. At Talaq: 2-3 “...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya....”.
Guru yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari masalah yang ada, diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan Allah akan cukupkan keperluannya. Menurut saya menjadi guru yang bertakwa adalah solusi yang jitu untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia terutama masalah kesejahteraan. Kesimpulan ini berani saya ungkapkan karena berdasarkan pengalaman saya bertemu guru-guru swasta berbasis agama yang walaupun gaji di sekolahnya kecil tetapi kehidupannya sejahtera. Ternyata mereka memiliki ciri-ciri guru bertakwa. Bagi guru-guru di Indonesia yang merasa belum sejahtera mari jadilah guru yang bertakwa, mari jadikan ridho dari Allah yang Mahakaya menjadi tujuan kita bekerja sebagai guru. Terima kasih.
Bogor, 26 September 2022
Bang Read1