Menu
RSS

November 2018

SMP Cipta Cendikia Bogor Ajak Pelajarnya Berwisata Matematika

Foto: Permainan Matematika Bela Negara dikenalkan kepada pelajar SMP Cipta Cendikia Bogor/Dok. KPM

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat – Program wisata matematika yang diikuti SMP Cipta Cendikia Bogor dilaksanakan dengan cara yang unik. Agar belajar matematika berbeda dari biasanya, pihak sekolah melakukan fieldtrip ke kantor Klinik Pendidikan MIPA (KPM).

Kamis pagi (29/11/2018) sebanyak 26 siswa kelas 7, datang menggunakan kendaraan sekolah dan memadati area parkir Kantor Klinik Pendidikan MIPA, yang beralamat di Jalan Raya Laladon, Ciomas, Kab. Bogor. Selain siswa, 3 guru pendamping juga terlibat dalam wisata tersebut.

Wisata yang diikuti selama 2 jam ini menyajikan Permainan Matematika Bela Negara (PMBN), berkunjung ke Toko Matematika (KPM Mart). Sebelum acara inti dimulai, sang trainer, Kak Ihsan dan Kak Sastria memberikan pengantar ice breaking kepada siswa dengan santai dan seru. Sejak awal pembukaan hingga akhir kegiatan, puluhan siswa dan guru dibuat tertawa dengan ulah sang trainer tersebut.

Foto: Suasana santai dan seru menjadi pemandangan pada wisata di KPM/Dok. KPM

Namun demikian, acara tetap begitu bermakna dengan penyajian materi motivasi cara berpikir suprarasional oleh Ryky Tunggal Saputra Aji. Sang motivator juga membangun kesadaran berpikir siswa agar menjadi generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia dengan mengoptimalkan tiga antena kehidupan, yakni akal, hati, dan panca indera.

Sri Sugiharti selaku guru pendamping mengatakan, penggunaan PMBN sebagai sarana belajar matematika dinilai tepat. Apalagi, PMBN juga memuat unsur pendidikan karakter dan bela negara.

“Saya rasa wisata ini sukses membuat antusias anak-anak. Walaupun pada dasarnya belajar, namun dikemas dengan sebuah permainan sehingga menimbulkan kesan berbeda saat belajar,” ujar Sri Sugiharti.

Foto: Mengakhiri kunjungannya di Toko Matematika (KPM Mart)/Dok. KPM

Sementara itu, salah satu siswa Daary Taqy Syam mengaku wisata kali ini begitu berkesan. “Tidak hanya belajar matematika, di dalamnya terdapat ilmu-ilmu kehidupan yang jarang kita dapatkan di tempat lain” pungkasnya.

Bagi sahabat yang ingin bergabung dan menikmati wisata matematika bersama tim KPM, silahkan dapat menghubungi  0812-8188-2562 (Bapak Misbah)

Tim Media

Read more...

23 Guru Berkesempatan Mencicipi Metode Sains Nalaria Realistik

Foto: Motivasi cara berpikir suprarasional menggugah kesadaran berpikir para peserta di sesi awal pelatihan/Dok. KPM

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat – Sebanyak 23 orang guru dari berbagai daerah di Indonesia memadati Padepokan Amir Syahrudin, Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Kedatangan insan pendidik ini guna mengikuti pelatihan yang bertajuk Sains Nalaria Realistik (SNR), pada tanggal 28 November – 01 Desember 2018.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh Klinik Pendidikan MIPA (KPM), membuka program untuk pengembangan para guru dalam metode pembelajaran sains. Pelatihan ini diharapkan dapat membantu para guru sains agar mampu menjadi pendidik yang semakin inovatif di era Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Para peserta akan dibekali motivasi menjadi guru berkah dengan cara berpikir suprarasional, tahapan metode SNR untuk memudahkan guru membuat dan menjawab soal-soal HOTS, serta pembelajaran STEM (Science Technology Engeneering and Mathematics). Disamping  itu, pembelajaran dinamika kelas agar para guru mampu menggugah murid-murid dalam belajar sains.

Foto: Para peserta dengan saksama mengikuti kegiatan pelatihan SNR/Dok. KPM

Sejak dimulai pada bulan Januari 2018, puluhan guru telah mengikuti program ini dan informasi yang dihimpun dari tim diklat KPM, karena pelatihan SNR mendapat sambutan positif, beberapa peserta pun harus rela masuk daftar tunggu karena keterbatasan tempat.

“Kami sangat bangga atas kesempatan ini dimana kami tak sekedar belajar sains. Di sesi awal kami langsung mendapatkan motivasi dengan cara berpikir suprarasional, tentunya hal ini dapat menjadi penyemangat buat kami sebagai seorang guru,” ujar Sihabudin, guru SMP Cendikia Baznas Bogor.

Selain Sihabudin, ada juga sosok Ibu Rumah Tangga, Erna Mariana yang ingin mendalami lebih jauh ihwal Sains Nalaria Realistik. Erna termotivasi karena ingin mencicipi pengalaman belajar sains dengan metode yang berbeda. “Hasil output pelatihan ini kemudian akan ditindaklanjuti dalam pembelajaran di Rumah Pendidikan MIPA (RPM) Cikarang,”tuturnya.

Tim Media

Read more...

Tim Indonesia Torehkan Prestasi Olimpiade Matematika di Malaysia

Foto: Tim Indonesia menerima penghargaan dalam ajang olimpiade internasional, MIMO 2018/Dok. IMTC

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat – Prestasi pelajar Indonesia kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Kali ini datang dari tim olimpiade matematika, yaitu Ilham Mathematics Training Center (IMTC).

Tim yang dipimpin Taufik Hidayah ini berhasil meraih 3 medali perunggu dan 2nd Runner Up di SJK(C) Lik Hung, Selangor, Malaysia. Acara yang digelar pada tanggal 23-27 November diikuti 11 negara, seperti: Australia, Cina, Hong Kong, Indonesia, Macau, Nepal, Filipina, Srilanka, Taiwan, Vietnam, dan Malaysia selaku tuan rumah.

Berdasarkan keterangan pers, tim Indonesia terdiri dari 4 pelajar yang berasal dari 4 sekolah berbeda. Mereka adalah Farras Ghani Boryenka (kelas 6) dari SDI Al Azhar 27 Cibinong Bogor, M Nabil Dary Syawal (kelas 5) dari SDI Al Azhar 10 Serang, Irzan Putra Maula (kelas 5) dari SDI Al Azhar 23 Jati Kramat Bekasi, dan Azizi Adha Haryadi (kelas 5) dari SDI Al Azhar 46 GDC Depok,

Adapun tiga medali perunggu diraih oleh Farras, Nabil, dan Azizi dalam kategori Individual contest. Selain capaian itu, penghargaan 2nd Runner Up diraih dalam kategori Team Contest.

Foto: Tim Indonesia ketika tiba di terminal 3 kedatangan, Bandara Soekarno-Hatta/Dok. IMTC

Taufik Hidayah selaku team leader menjelaskan bahwa MIMO merupakan kompetisi matematika tingkat internasional yang dilaksanakan setiap tahun dan diperuntukkan bagi siswa Sekolah Dasar. “Kompetisi MIMO ini terbagi dalam dua kategori peserta, yaitu Middle Primary (kelas 3-4 SD) dan Upper Primary (kelas 5-6 SD),” ujar Taufik.

Menanggapi perolehan penghargaan yang diraih, Taufik mengaku bangga atas perjuangan tim. Ia pun berharap tim Indonesia mendapatkan pengalaman yang berkesan dengan dapat menjalin persahabatan antar siswa dari negara-negara peserta.

Meskipun soal-soal yang disajikan cukup sulit, tak membuat Farras gentar, Ia melihat soal-soal tersebut merupakan sebuah peluang untuk meningkatkan kemampuannya. “Alhamdulillah, bersyukur sekali sekaligus berkesan karena memiliki pengalaman mengerjakan soal-soal yang menantang, kata pelajar yang bercita-cita ingin menjadi scientist ini.

Hal senada juga diungkapkan M. Nabil Dary Syawal. Pelajar yang memiliki hobi main sepak bola ini mengaku terkesan karena baru pertama kali mengikuti lomba internasional. “Penghargaan medali perunggu ini semoga dapat motivasi saya untuk menambah aktivitas kebaikan agar mendapat keberhasilan dan keberkahan di masa depan,” tuturnya.

Tim Media

Read more...

Kolaborasi KPM dan Orangtua Wujudkan Keluarga Suprarasional

Foto: Ridwan Hasan Saputra berbagi ilmu suprarasional kepada orangtua siswa/Dok. KPM

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat – Klinik Pendidikan MIPA (KPM) terus berikhtiar mewujudkan generasi berkualitas lewat cara berpikir suprarasional. Salah satunya melakukan kolaborasi dengan orangtua siswa kelas khusus, November 2018, bertempat di SIP Daarul Jannah Bogor.

KPM menilai orangtua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kondisi dimana proses pembentukan karakter tersebut dapat berjalan sesuai harapan orangtua.

Kepala Divisi Pelatihan KPM, Ryky Tunggal Saputra AJi mengungkapkan bahwa KPM memiliki keunikan sendiri dalam proses belajar. Salah satunya para siswa dibekali dengan pendidikan akhlak dan ibadah 7 sunah Nabi Muhammad SAW.

“Diharapkan program tersebut juga dapat menjadi Mukasyafah bagi para orangtua agar semakin meningkatkan kualitas ibadah dan ilmu serta memperbanyak amalan kebajikan, dalam rangka membangun generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak baik,” kata Ryky dalam keterangannya di kantor KPM Bogor.

Foto: Peserta pelatihan suprarasional orangtua siswa/Dok. KPM

Menilik kepada esensi pelatihan itu sendiri, Ryky juga menambahkan jika pelatihan suprarasional ini memiliki makna tersendiri,di antaranya: menguatkan potensi panca indera, akal, dan hati; membangun kesadaran akan pentingnya tabungan jiwa; serta mengajak seluruh peserta agar bersama-sama merencanakan kesusahan agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup diri sendiri dan masyarakat.

Pelatihan yang digelar mulai pukul 09.00-17.00 WIB di setiap pekannya dihadiri puluhan orang tua yang berasal dari Jabodetabek, Sukabumi, dan Serang menuai apresiasi.

Salah satu peserta, Ibu Ratih mengungkapkan kekagumannya pasca mendapatkan pelatihan ini. Ia bersyukur dan termotivasi untuk menambah terus tabungan jiwa di keluarganya. “Sejatinya, untuk menambah tabungan jiwa sangat sederhana, namun jika tidak dilandasi niat ikhlas memang agak sulit. Pada dasarnya, jika kita berharap kondisi bangsa ini akan berubah lebih baik, maka kita harus melalukan perbaikan dari diri kita sendiri,” ungkap orangtua Ananda Nizam (kelas 4 Berbakat A).

Hal senada juga diungkapkan Toto, “Baru kali ini setelah mengikuti program pelatihan peserta dibekali dengan sebuah catatan merencanakan kesusahan. Bagi saya, hal ini sangat menginspirasi sekaligus menjadi bahan evaluasi agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik” pungkasnya.

Tim Media

Read more...

Memantau Persiapan Panitia Daerah Jelang Penyisihan KMNR 14

Foto: Spanduk selamat datang siap menyambut peserta babak penyisihan KMNR/Dok. KPM

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat – Event bergengsi Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) Se-Indonesia ke-14 akan segera digelar. Babak penyisihan akan digelar pada tanggal 25 November 2018 yang bertepatan dengan hari Guru Nasional ini menjadi momentum yang dinantikan para pelajar, guru, dan orang tua guna menjajal kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika berbasis Matematika Nalaria Realistik (MNR), sekaligus ajang uji kemampuan bernalar dalam matematika bagi para pelajar.

Klinik Pendidikan MIPA (KPM) selaku penyelenggara event terbesar di Indonesia sudah melakukan berbagai persiapan, mulai dari Uji Soal MNR pada September-Oktober, yang diikuti 352.088 pelajar kelas 1 SD hingga 12 SMA di berbagai daerah di Indonesia. Uji Soal MNR ini selain untuk mengukur kemampuan HOTS siswa juga digunakan sebagai seleksi tingkat sekolah

Dengan sudah menjalarnya demam KMNR ke berbagai daerah, Klinik Pendidikan MIPA berharap kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan peserta mengikuti kompetisi dengan jujur dan sportif.

Lalu, bagaimana persiapan sehari jelang babak penyisihan KMNR 14?

Dilansir dari fanpage facebook KPM Seikhlasnya, total penyelenggara babak penyisihan tahun 2018, sebanyak 108 wilayah dari 21 provinsi di Indonesia.  Lebih dari 88.000 ribu peserta siap memadati lokasi yang telah tersebar dan sudah ditentukan.

Informasi yang berhasil dihimpun, wilayah Medan yang digawangi Amri Makmur Nasution mengaku kondisinya siap menyambut 2.615 peserta penyisihan KMNR di tahun ke-3, yang bertempat di Gedung Serbaguna Pemprov Sumatera Utara. “Persiapan sudah hampir rampung, pada Jumat (23/11). Kami sudah menggelar technical meeting. Berbagai antisipasi dan koordinasi pun telah kami siapkan untuk event terbesar di Indonesia ini,” ungkap Amri Makmur Nasution yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, MTs. Al-Washliyah Tembung, Medan ini.

Foto: Gedung Serbaguna Pemprov Sumatera Utara yang tempat perhelatan babak penyisihan wilayah Medan/Dok. KPM

Amri Makmur Nasution menambahkan, pihaknya hanya menyelesaikan pekerjaan yang bersifat minor, seperti: pemasangan spanduk, petunjuk lokasi, kelayakan pengeras suara hingga gladi bersih kegiatan.

Sementara itu, wilayah Jawa Timur juga terus berupaya agar pelaksanaan penyisihan KMNR berjalan dengan lancar. Hal ini dibenarkan oleh Andika Dwi Agus Prastyo selaku staf KPM Cabang 1 Surabaya. “Alhamdulillah dari wilayah Jawa Timur secara intens sudah melakukan koordinasi dengan para PJ Se-wilayah timur. Rangkaian persiapan pun telah dilakukan, seperti pendistribusian soal hingga petunjuk pelaksanan” kata Andika.

Andika pun menyebutkan antusias masyarakat di Jawa Timur sangat luar biasa. Buktinya, ada lebih dari angka 200 ribu lebih peserta mengikuti Uji Soal MNR dan pada penyisihan ini tercatat mencapai 54.534 peserta. “Selain itu, pantauan di berbagai media sosial, para orang tua terlihat antusias menyambut penyisihan KMNR, dengan update status anaknya lolos ke penyisihan,” tuturnya.

Foto: SD Smart Kids Timika turut berkontribusi dan mewadahi pelajarnya pada Uji Soal MNR beberapa waktu lalu/Dok. KPM

Animo babak penyisihan KMNR 14 pun menjalar hingga Papua. SD Smart Kids Timika menjadi lembaga yang ikut serta meramaikan gelaran event nasional. “Meskipun pertama kali digelar, mendapat respon cukup positif dari orang tua dan peserta. Tahun ini dari Timika terpilih 56 peserta mengikuti babak penyisihan. Semoga hal ini menjadi awal yang baik dan memotivasi pelajar di Timika,” ungkap Rika Utami selaku penanggung jawab.

Tim Media

Read more...

Belajar Olimpiade Matematika Semakin Mudah dengan Buku KSK

 

Foto: Koleksi buku KSK level SD edisi 1 - 4/Dok. Kolase Instagram KPM Seikhlasnya

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat – Bagi para penggemar soal-soal olimpiade matematika, buku Kumpulan Soal Kompetisi (KSK) merupakan pilihan yang tepat untuk dimiliki. Buku yang diperuntukkan bagi siswa-siswi tingkat SD dan SMP ini, disusun oleh tim Klinik Pendidikan MIPA. Guna memenuhi kebutuhan pangsa pasar terhadap soal-soal berbasis olimpiade tingkat nasional yang kental dengan sisipan soal penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah.

Teguh Imam Agus Hidayat selaku Kepala Divisi Litbang Klinik Pendidikan MIPA (KPM) mengungkapkan bahwa soal-soal yang disajikan pada buku KSK dihimpun dari berbagai event kompetisi yang diselenggarakan KPM di berbagai daerah, salah satunya Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) Se-Indonesia yang sudah masuk tahun ke-14. “Soal kompetisi mencakup dari babak penyisihan hingga babak final dengan tingkat kesulitan mudah sampai dengan menengah ke atas,” ungkapnya.

Foto: Koleksi buku KSK level SD edisi 5 - 10/Dok. Kolase Instagram KPM Seikhlasnya

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, KPM pun turut menyediakan 12 edisi buku KSK tingkat SD dan 4 edisi buku KSK tingkat SMP. Dan, bagi pelajar yang sudah menggemari matematika sejak di bangku kelas 1 SD pun sudah dapat menikmati latihan soal yang disajikan pada buku KSK.

Secara isi materi, tim penyusun dari KPM merangkum keseluruhan soal kompetisi dari kelas 1 sampai 6 SD. Begitupun juga dengan buku KSK SMP, tim KPM menyajikan soal-soal yang diperuntukkan bagi siswa kelas 7 sampai 9 SMP. Selain itu, dalam waktu dekat, KSK SD akan hadir lebih spesifik, yakni dengan menyajikan soal untuk setiap levelnya (kelas 1-2 SD, kelas 3-4 SD, dan kelas 5-6 SD).


Foto: Koleksi buku KSK level SMP edisi 1 - 4/Dok. Kolase Instagram KPM Seikhlasnya

Bagi yang tertarik  berlatih soal olimpiade tidak perlu khawatir, walaupun soal-soal yang disajikan adalah soal yang menantang, pada bagian akhir buku ini dilengkapi dengan kunci dan solusi jawaban. Sehingga membuat belajar semakin seru dan menantang.

Bagaimana, tertarik lebih lanjut untuk mempelajari dan memiliki buku KSK? Yuk coba selesaikan tantangan latihan soal berikut ini.

Dapatkah kalian menentukan ada berapa nilai A sehingga 5AA ketika dibagi 6 akan bersisa 2, dan berapakah jumlah dari semua nilai A yang mungkin?  Temukan jawabannya di buku KSK edisi 12.

Foto: Koleksi buku KSK level SD edisi 11 - 12/Dok. Kolase Instagram KPM Seikhlasnya

Buku Kumpulan Soal Kompetisi (KSK) dapat dipesan melalui toko online KPM Mart (klik disini). Atau kunjungi toko offline kami yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Informasi selengkapnya dapat menghubungi 081284585755 (Ibu Devi).

Tim Media

Read more...

SDIT Nurul Hikmah Jakarta Ajak Guru Internal Kembangkan MNR

 Foto: Pelatihan MNR di SDIT Nurul Hikmah Jakarta/Dok. KPM

Bogorplus.com-DKI Jakarta – Pembelajaran matematika berbasis HOTS berpotensi memacu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, tak jarang penerapan HOTS masih perlu sinergi beberapa pihak agar mudah diimplementasikan para guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Salah satu sekolah di Ibu Kota, yakni SDIT Nurul Hikmah Jakarta turut mengembangkan pembelajaran matematika berbasis HOTS, dengan menggelar Pelatihan Matematika Nalaria Realistik (MNR), pada hari Senin-Selasa, 19-20 November 2018.

Lembaga pendidikan yang dipimpin Lutfiah, M.Pd menilai, semenjak diterapkan dalam berbagai ujian, soal HOTS masih perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran di sekolah. “Setelah dilakukan pengkajian secara mendalam, akhirnya tim sekolah sepakat untuk menghadirkan KPM sebagai narasumber dalam memberikan pelatihan matematika berbasis HOTS,” ungkap Lutfiah dalam keterangannya.

Ungkapan Lutfiah sekaligus menjadi bahan evaluasi bagi para guru agar terus berlatih optimal, khususnya pada pemahaman konsep. “Pada dasarnya, hal fundamental dalam belajar matematika adalah membekali pemahaman konsep secara benar dan komprehensif. Jika hal tersebut sudah dikenalkan sejak dini (pendidikan dasar), maka di masa yang akan datang para siswa akan terbiasa menghadapi persoalan-persoalan yang lebih kompleks,” paparnya. 

Namun, Lutfiah menambahkan, disamping persoalan dalam meningkatkan kompetensi, para guru juga harus memadukan akal dan hati dalam mendidik. Di sini lah pentingnya strategi berpikir suprarasional diterapkan. “Dengan memadukan suprarasional dalam proses pembelajaran, niscaya tak hanya melahirkan siswa berprestasi, namun memiliki karakter yang baik,” tutup Lutfiah.

Sementara itu, Aspita Meliana mengungkapkan hal senada ihwal peningkatan kompetensi guru-guru SDIT Nurul Hikmah Jakarta yang fokus pada pengembangan MNR dan suprarasional. Baginya, membangun fondasi (pemahaman) yang kuat merupakan sebuah keniscayaan. “Pasca mengkaji MNR dan Suprarasional. Terjadi peningkatan motivasi diri, selain itu, belajar dan memahami matematika tak sesulit apa yang kita bayangkan jika sudah memahami konsepnya,” pungkasnya.

Tim Media

Read more...

Jamaah Pengajian Mabesad dibekali Motivasi Suprarasional

Foto: Asep Sapa'at menjadi narasumber pada motivasi suprarasional di Mabesad/Dok. KPM

Bogorplus.com-DKI Jakarta—Memiliki anak yang berakhlak baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan yang telah membina keluarga. Kehadiran anak juga merupakan amanah besar bagi orang tua, dimana orang tua juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter sang anak.

Menjadikan anak hebat dengan cara berpikir suprarasional, demikian kiat sukses yang ditanamkan sang motivator, Asep Sapa’at kepada para jamaah pengajian Mabesad, dalam acara pembinaan rohani Islam yang digelar pada hari Senin (19/11/2018) lalu.

Menjadi orang tua hebat berbeda maknanya dengan menjadikan anak hebat. Banyak orang tua hebat, tetapi anaknya tak berhasil dididik jadi anak hebat. Ini jadi bahan renungan bagi para orang tua, apa yang harus dilakukan agar bisa menjadikan anak kita lebih hebat dari generasi kita saat ini? "Mendidik anak itu hakikatnya mendidik diri sendiri. Gagal mendidik diri sendiri berpotensi gagal mendidik anak-anak kita. Maka, agar tidak jadi orang tua yang gagal, perbaiki cara berpikir dan berperilaku kita.", tutur Asep Sapa'at. Ustadz Asep Sapa'at juga menegaskan, "Jadilah orang tua yang memahami jati diri, darimana kita berasal, apa tujuan kita hidup, dan kemana kita kembali? Berusaha menjadikan diri kita sebagai sosok teladan, buatlah karya hidup bermanfaat bagi banyak orang agar bisa menjadi suatu kebanggaan bagi anak-anak kita."

Kehadiran motivasi suprarasional ini bukan pertama kalinya di institusi TNI, sebelumnya sang penggagas suprarasional pun pernah menyambangi dan memberikan motivasi serupa kepada anggota. Acara yang berlangsung selama satu jam ini dihadiri pula perwira tinggi, perwira menengah, perwira pertama, anggota, dan PNS.

Foto: Pelatihan motivasi suprarasional dihadiri 500 orang yang terdiri dari perwira tinggi, perwira menengah, perwira pertama, anggota, dan PNS/Dok. KPM

Meskipun sudah ikut ketiga kalinya, bagi Kepala Bintal Denma Mabesad semakin menambah kesadaran berpikir. “Kami sangat bersyukur atas kehadiran Ustadz Asep Sapa’at membekali anggota dengan suprarasional. Meskipun sebelumnya pernah mendapatkan langsung dari Pak Ridwan dan pada Fun Science Republika, tema yang diangkat sama-sama menggugah, sehingga semakin menambah ilmu buat kami selaku orang tua,” ungkap Mayor Inf H. Syamsul Hadi, S.Ag.

“Ketika secara rasional kita sudah berikhtiar, namun pada suatu titik kita tak dapat memecahkannya. Maka, cara berpikir suprarasional menjadi solusi. Dimana secara lahir dan akal kita tak dapat menemukan solusi, namun dengan hati kita akan semakin mendapat petunjuk yang hakiki,” tutup Pak Syamsul.

Kehadiran motivasi suprarasional ini bukan pertama kalinya di institusi TNI, sebelumnya sang penggagas suprarasional pun pernah menyambangi dan memberikan motivasi serupa kepada anggota. Acara yang berlangsung selama satu jam ini dihadiri pula perwira tinggi, perwira menengah, perwira pertama, anggota, dan PNS.

Foto: Menjadikan Anak Hebat dengan Cara Berpikir Suprarasional gugah para anggota yang hadir di Masjid At-Taqwa Mabesad/Dok. KPM

Meskipun sudah ikut ketiga kalinya, bagi Kepala Bintal Denma Mabesad semakin menambah kesadaran berpikir. “Kami sangat bersyukur atas kehadiran Ustadz Asep Sapa’at membekali anggota dengan suprarasional. Meskipun sebelumnya pernah mendapatkan langsung dari Pak Ridwan dan pada acara Fun Science Republika, tema yang diangkat sama-sama menggugah, sehingga semakin menambah ilmu buat kami selaku orang tua,” ungkap Mayor Inf H. Syamsul Hadi, S.Ag.

Ia pun menjelaskan, dibalik kesibukan sebagai prajurit dalam menunaikan tugas negara, kadang menghadapi situasi tak diharapkan, yakni tak dapat intens memantau tumbuh kembang anak. Oleh karenanya, dengan hadirnya cara berpikir suprarasional, kita bisa memahami cara agar amanah tertunaikan dengan baik dan kebutuhan anak untuk tumbuh kembang dapat kita penuhi pula. “Tak hanya sekedar bagi diri dan keluarganya sendiri, kami berharap aktivitas ini dilakukan secara berjamaah,” tuturnya.

“Ketika secara rasional kita sudah berikhtiar, namun pada suatu titik kita tak dapat memecahkan masalah hidup. Maka, cara berpikir suprarasional menjadi solusi. Ketika secara lahir dan akal kita tak dapat menemukan solusi, tetapi dengan hati yg suci kita akan mendapat petunjuk yang mengantarkan kita pada solusi,” tutup Pak Syamsul.

Tim Media

Read more...

MNR Solusi Darurat Nalar Matematika

Foto: Kepala Divisi Litbang KPM, Teguh Imam Agus Hidayat tengah memaparkan materi Matematika Nalaria Realistik/Dok. KPM

 

Oleh: Teguh Imam Agus Hidayat

Kepala Divisi Litbang Klinik Pendidikan MIPA 

Bogorplus.com-Bogor, Jawa Barat. -- Berapa pekan lalu, disebuah media massa melirilis gawat nalar matematika. Didasari dari penelitian yang dilakukan IFLS (Indonesia Family Life Survey) tahun 2000, 2007, dan 2014  menunjukkan 83% kedaruratan bermatematika. Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah, matematika telah menjadi pelajaran yang ditakuti atau  tidak diminati oleh siswa karena dianggap sulit.

Lemahnya kemampuan matematika serta penalaran dapat disebabkan oleh faktor guru dan siswa itu sendiri. Faktor pertama adalah guru. Ada guru yang menganggap matematika adalah pelajaran rutinitas belaka dan hanya berfokus terhadap berhitung, terlebih di sekolah dasar. Bahkan di tingkat Taman Kanak-kanak, anak-anak sudah dijejali dengan operasi hitung yang abstrak. Contohnya seperti 7 + 4, 7 di mulut / di kepala dan 4 di tangan. Cara berhitung penjumlahan dasar yang dianggap ampuh dalam pembelajaran, tapi dapat mematikan nalar dan kreativitas siswa dalam bermatematika.

Guru cenderung lebih lebih mendikte, menjelaskan rumus tanpa mengajak siswa berpikir bagaimana bisa terjadi seperti itu atau siswa tidak menemukan sendiri konsep matematika, sehingga kemampuan matematika  tidak terasah dan nalar siswa menjadi lemah.

Foto: Buku Pintar MNR yang menjadi panduan kegiatan KBM di Klinik Pendidikan MIPA/Dok. KPM

Penyebab kedua adalah siswa. Pola pikir yang tertanam bahwa matematika itu sulit, membuat minimnya motivasi belajar siswa. Padahal belum tentu semua siswa tidak mampu mempelajari atau menerima materi, melainkan mereka enggan mempelajari matematika, sehingga saat materi disajikan, mereka langsung antipati. Hal ini membuat matematika terlihat semakin sulit.

Klinik Pendidikan MIPA (KPM) telah melakukan aksi nyata sejak belasan tahun lalu. Pertama, membuat pelatihan untuk guru-guru dengan menggunakan pendekatan Matematika Nalaria Realistik (MNR) dalam pembelajaran. MNR membantu para guru merancang pembelajaran matematika bermakna sehingga para pelajar dapat menemukan sendiri rumus-rumus dan  terlatih nalarnya. Dari penelitian yang di dilakukan Yeni (2012), Hidayati (2013), dan Aminah (2016) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode MNR efektif  meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan metode MNR, siswa dapat menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari, sehingga pemahaman konsep mereka benar-benar bagus. Metode MNR juga menganjurkan untuk menjawab secara runtut (sistematis) sehingga kemampuan mengomunikasikan dan memecahkan masalah menjadi baik. Sejalan dengan itu, Sun (2018) mengatakan bahwa dalam membimbing siswa, ajarkan langkah demi langkah, bukan hanya jawaban akhir.

Metode MNR ini sudah diterapkan sejak tahun 2004 di KPM. Saputra (2004) mengatakan MNR adalah metode pembelajaran matematika yang menitikberatkan kepada penggunaan penalaran dalam memecahkan masalah matematika. 

Dengan MNR para siswa dapat menjelaskan,  menganalisis, meyimpulkan, dan  menemukan konsep sendiri.

Metode MNR ini bisa menjadi rujukan untuk perbaikan matematika ke depan. Agar pembelajaran matematika menjadi lebih baik, lebih menarik, dan lebih diminati.

Jakarta, 18 November 2018

Read more...

FENOMENA LOMBA MATEMATIKA LUAR NEGERI

Foto: Presiden Direktur KPM, Ridwan Hasan Saputra/Dok. KPM

(Tulisan ini untuk Guru dan Orang Tua serta Praktisi Olimpiade Matematika)

Oleh: Ridwan Hasan Saputra

Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Suatu waktu, saya berdiskusi dengan seorang guru sebuah sekolah favorit di wilayah Jabodetabek tentang lomba matematika internasional. Guru tersebut menyatakan, “Kalau saya lebih suka mengirimkan para siswa ke lomba-lomba matematika internasional dimana semua pesertanya bisa dapat medali, supaya nama sekolah saya harum dan anak-anaknya mudah dapat japres”. Sontak saya menjadi bingung dengan cara berpikir guru tersebut, karena orientasi berpikirnya hanya fokus pada raihan medali bukan pada kualitas lomba. Cara berpikir seperti ini banyak dimiliki oleh guru dan orang tua yang ingin siswa atau anaknya punya prestasi tanpa perlu mengeluarkan keringat yang banyak atau usaha sangat keras.

Saya menjadi pelatih nasional olimpiade matematika Direktorat Pembinaan SD Kemdikud sejak tahun 2003, saya pernah mendampingi siswa ke berbagai lomba matematika internasional. Dulu, sangat jarang ada orang atau lembaga yang bisa mengirimkan siswa ikut lomba matematika keluar negeri. Kalau pun ada, pastilah orang tersebut memang pakar dalam bidang matematika yang sudah diakui di dunia olimpiade matematika. Saya dan tim telah membuat lomba matematika level nasional dengan nama Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) yang tahun ini sudah  diadakan untuk tahun yang ke-14 dan tahun ini diikuti oleh sekitar 350 ribuan siswa dari kelas 1 sampai 12. Saya dan tim pernah menjadi penyelenggara lomba matematika internasional yang sangat bergengsi di level Sekolah Dasar. Lomba tersebut bernama International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) pada tahun 2016. Pelaksanaan IMSO dibuka langsung oleh Presiden Republik Indonesia. Saya dan tim pun telah dipercaya menjadi penyelenggara lomba-lomba bergengsi lainnya, seperti Asia Inter-Cities Teenagers Mathematics Olympiad (AITMO) dan Challenge for Future Mathematicians (CFM). In Sha Allah saya dan tim dipercaya untuk menyelenggarakan International Mathematics Competition (IMC) di tahun 2020. IMC adalah lomba matematika internasional bermutu yang diakui dunia.

Kiprah saya dan tim yang cukup lama di bidang matematika internasional, membuat banyak lembaga-lembaga di luar negeri yang mengajak saya bekerja sama dan menawarkan lisensi lomba matematika Internasional, tetapi tidak semua tawaran lomba internasional itu saya terima. Sebab, saya hanya memilih lomba-lomba yang saya anggap bermutu. Mutu tersebut dilihat dari siapa yang menyelenggarakan, kualitas soal, sistem penilaian, dan teknis penyelenggaraan. Lomba yang tidak saya ambil ternyata lisensinya diambil oleh lembaga-lembaga lain di Indonesia.

Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi saya tidak mengambil lisensi suatu lomba matematika internasional, di antaranya: (1) Ketika semua peserta lomba dapat medali, (2) Para peserta bisa ikut tanpa proses seleksi dan tanpa proses pembinaan, (3) Penyelenggaraan amburadul, (4) Soal-soal yang disajikan mudah dan banyak menjiplak dari soal-soal lomba di tempat lain, (5) Reputasi penyelenggara yang buruk.

Kelima hal utama itu menjadi pertimbangan saya karena saya ingin menjaga wibawa dari lomba matematika internasional yang saya dan tim ikuti. Jika pada lomba internasional melekat kelima hal tersebut, maka akan menimbulkan rangkaian masalah sebagai berikut: (1) Anak yang juara di lomba selevel OSN tidak jauh beda hasilnya dengan anak yang tidak lolos seleksi OSN di tingkat Kota/Kabupaten karena semua mendapat medali; (2) Hal ini akan menimbulkan kekecewaan dan penyesalan dari banyak sekolah-sekolah yang menerima siswa lewat jalur prestasi lomba matematika internasional karena ada siswa yang diterima kualitasnya jauh dari harapan; (3) Siswa yang secara kualitas tidak benar-benar istimewa akan mendapatkan tekanan dari sekolahnya akibat konsekuensi jalur prestasi yang diterimanya; (4) Yang sangat berbahaya adalah adanya mental jalan pintas atau instan untuk mendapatkan jalur prestasi atau mendapatkan prestasi lainnya.

Tidak ada yang melarang untuk ikut lomba matematika diluar negeri, apalagi dengan tujuan untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dari berbagai latar belakang kemampuan matematikanya, tetapi medali tetap harus terbatas untuk anak-anak yang meraih nilai tinggi. Saya sebagai orang yang sudah malang-melintang di dunia olimpiade matematika, saya perlu memberikan pandangan supaya tidak mempunyai beban moral, ketika terjadi masalah di kemudian hari akibat hal ini. Saya berharap para guru dan orang tua bisa lebih hati-hati memilih lomba-lomba matematika diluar negeri. Jangan tergoda oleh lomba luar negeri yang iming-imingnya pasti dapat medali. Sebab jika tujuan mengikuti lomba adalah medali dan lomba yang diikuti tersebut sangat mudah untuk mendapatkan medali atau pasti mendapat medali. Maka yang terjadi bukanlah lomba, tetapi mengambil medali diluar negeri. Jika itu yang terjadi, maka medali itu harganya sangat mahal. Sebab harga medali itu harus memasukkan harga tiket dan akomodasi. Padahal saya dan tim yang sudah sering menjadi tuan rumah lomba matematika internasional mengetahui betapa murahnya harga medali internasional itu. Kita tinggal cetak dan pesan di Jakarta.

Jika lomba keluar negeri tujuannya untuk mencari pengalaman hidup serta belajar untuk gagal dan berhasil. Maka harga medali itu tidak lagi ditentukan dari ongkos tiket dan akomodasi, tetapi harga medali itu ditentukan dari proses perjuangan yang panjang, cucuran keringat air mata anak dalam belajar, lelahnya orang tua dalam menghantar ke lokasi belajar, dan bekerja untuk menghasilkan dana untuk memenuhi kebutuhan belajar, seriusnya guru dalam membimbing dan mendoakan agar muridnya menjadi anak-anak yang tangguh. Hal-hal tersebut membuat medali yang diterima siswa ini menjadi tidak ternilai harganya. Penyematan bukan di dada, tetapi di hati anak-anak yang telah berjuang dengan perjuangan yang sesungguhnya. Medali itu adalah medali kehidupan yang berupa kerja keras, kejujuran, dan tidak instan dalam meraih prestasi.

Jika bapak dan ibu guru serta orang tua ingin menguji kualitas putra-putrinya, cobalah terlebih dahulu mengikuti kompetisi didalam negeri, baik tingkat Kota/Kabupaten, Provinsi, dan Nasional  yang bermuara pada Olimpiade Sains Nasional (OSN). Banyak kompetisi dalam negeri yang berkualitas. Cobalah untuk aktif dalam kompetisi lokal terlebih dahulu supaya ketika meraih prestasi internasional, putra-putrinya mempunyai pondasi yang kuat dan bermental juara. Jangan sampai anak Bapak Ibu belum pernah belajar olimpiade matematika dengan serius, tidak pernah juara lomba di tingkat lokal, tapi langsung juara matematika internasional. Khawatirnya, prestasi yang dihasilkan hanya sekejap dan segera redup. Jangan sampai putra-putri Bapak Ibu dan sekolah mendapatkan kebanggaan semu yang akan berganti dengan rasa malu di kemudian hari.

Jika ada opini bahwa ada lomba bermutu tetapi untuk mengikutinya perlu biaya yang mahal. Mungkin ilustrasi ini bisa menjawab pertanyaan tersebut. Seperti halnya sebuah sekolah bermutu yang mengutamakan kualitas, maka sekolah tersebut harus melakukan seleksi dan pembinaan yang baik agar lulusan yang dihasilkan berkualitas. Efeknya, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Sehingga sangat jarang kita temukan sekolah yang bermutu tetapi biayanya murah, kecuali ada bantuan dari pihak lain. Sekolah bermutu biasanya tidak melupakan beasiswa bagi siswa-siswa yang berprestasi. Dalam konteks pendidikan, banyak sekolah bermutu yang lebih memilih menetapkan harga mahal untuk tetap mempertahankan kualitas daripada menurunkan harga tapi kualitas tidak terjaga. Sebab, pendidikan bukanlah bisnis yang bermuara pada uang. Begitu juga lomba matematika diluar negeri tidak bisa diilustrasikan sebagai bisnis yang membandingkan mahal dan murah harga tiket beberapa maskapai penerbangan di Indonesia. Cara berpikir menangani lomba luar negeri jangan digunakan logika pedagang tapi harus digunakan logika pendidik. Lomba matematika luar negeri menurut logika pendidik adalah suatu upaya untuk memacu dan memicu meningkatnya kualitas sumber daya manusia dalam bidang matematika. Sehingga biaya menjadi pertimbangan selanjutnya setelah kualitas lomba.

Saya sangat senang jika bisa membuat orang tua dan guru bisa memahami tulisan ini dan bisa mengikuti saran yang ada pada tulisan ini.Saya pun sangat senang jika para penyelenggara lomba matematika yang membaca tulisan ini. Sudah lebih dari 10 tahun saya mengurus lomba-lomba internasional di luar negeri. Berdasarkan pengamatan saya, ada lembaga-lembaga yang mengirimkan siswa keluar negeri seperti yang saya lakukan tetapi akhirnya lembaga tersebut meredup dan tidak lagi mengirimkan siswa keluar negeri karena keliru dari niat dan tujuan mengikutkan siswa ke lomba luar negeri.

Saya berharap banyak lembaga yang bisa mengirimkan siswa ke lomba diluar negeri, sebab pemerintah tidak bisa mengirimkan siswa untuk mengikuti seluruh lomba-lomba internasional yang bermutu yang ada di dunia, karena hal ini terkait dengan dana. Hal ini yang menumbuhan kesadaran saya bahwa untuk membuat Indonesia maju di bidang pendidikan, kita harus bersatu atau tidak jalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu saya tidak segan-segan untuk berbagi pengetahuan yang saya miliki tentang lomba-lomba internasional kepada lembaga-lembaga yang sedang semangat mengirimkan siswa keluar negeri, baik lomba bermutu maupun lomba tidak bermutu. Saya berharap lembaga-lembaga tersebut tidak keliru melangkah yang bisa menyebabkan lembaga tersebut akhirnya meredup. Sebab, saya dan tim tidak mau berjalan sendiri di dunia lomba matematika internasional.

Bogor, 19 November 2018

Ridwan Hasan Saputra

Pengamat Lomba-lomba Matematika Internasional

Read more...