Menu
RSS
Top Banner Nasional

July 2022

DUA ALUMNI KPM BERTEMU DI GEDUNG PUTIH

Di akhir Juli 2022, saya mendapat kiriman foto melalui pesan WhatsApp (wa). Isi pesan tersebut berupa dua orang alumni KPM yang sedang foto bersama di depan Gedung Putih (The White House) yang merupakan Istana Kepresidenan Presiden Amerika Serikat. Gedung ini terletak di Pennsylvania Avenue di ibu kota federal Washington DC. Kedua Alumni tersebut adalah Agasha Kareef Ratam (Agasha) berkaus putih yang merupakan alumni Yale University yang sekarang bekerja di Amerika dan Sultan Rizki Hikmawan Madjid (Sultan) seorang alumni KPM yang berstatus mahasiswa S2 dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST).

Pertemuan ini terjadi karena Sultan sedang menghadiri sebuah konferensi yaitu International Conference Mechanic Learning (ICML) di Baltimore. Kedua alumni ini, dulu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan KPM, seperti lomba Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) yang kini bernama KMS dan mengikuti berbagai kompetisi matematika internasional baik di dalam maupun luar negeri, seperti International Mathematics and Science Olympiad (IMSO), International Mathematics Competition (IMC), International Mathematics Contest Singapore (IMCS), Asia International Teenager Mathematics Olympiad (AITMO), dan Junior Balkan Mathematics Olympiad (JBMO).

Hal yang unik, kedua alumni ini pernah saya dampingi ketika mengikuti Junior Summer Math Camp di Texas State University Amerika. Pertemuan kedua alumni ini mengingatkan saya tentang kisah belasan tahun lalu, saat anak-anak belajar Matematika di rumah saya yang berlokasi di Laladon. Kedua alumni ini masih merasakan belajar lesehan (beralaskan karpet) di meja kayu yang saya siapkan, kemudian belajar di sekolah At-Taufiq hingga tempat belajar pun berpindah ke sekolah Daarul Jannah.

Pada saat itu, siswa-siswa KPM tidak hanya belajar Matematika, namun juga mendapat nasihat-nasihat, makan bersama, bermain bola, menginap bersama untuk persiapan lomba, dan berbagai aktivitas lainnya. Kegiatan-kegiatan ini membuat kedua anak pintar ini yang awalnya tidak saling mengenal kemudian menjadi akrab.

Beda sekolah dan beda latar belakang, tetapi bisa menjadi teman baik karena pernah merasakan suasana yang sama di KPM. Tidak hanya kedua anak ini, masih banyak alumni-alumni KPM yang tetap menjalin hubungan baik satu sama lain sampai sekarang karena adanya rasa yang sama yang diperoleh di KPM. Saya menekankan rasa tentang akhlak, saling menghormati, dan membangun rasa kekeluargaan sesama murid KPM yang harapannya bisa terus terjaga sampai menjadi alumni.

Setiap tes eliminasi bulanan, biasanya anak-anak akan menyanyikan lagu “Selamat Datang” yang salah satu penggalan lagunya berbunyi “ ...selamat datang di dunia kami, dunia yang berpegang pada nilai agama, tanpa memandang harta dan suku bangsa... karena kita bersatu dalam keluarga, saling berbagi, saling menjaga, saling menebar bahagia, melangkah bersama menggapai cita...”.

Hal yang menarik dari kedua alumni ini adalah keduanya dan kedua orang tuanya masih menjaga hubungan baik dengan KPM khususnya dengan Pak Ridwan. Kalau Sultan masih suka membantu mengajar ketika KPM ada kegiatan tertentu, walaupun pembelajarannya secara online. Selain mengajar, Sultan juga perhatian terhadap kegiatan KPM lainnya.

Pada tahun 2019 ketika ada kegiatan International Youth Exchange (IYE) di Korea, Sultan menghadiri kegiatan tersebut untuk membantu saya dan anak-anak KPM. Hal yang menarik adalah ketika membantu kami, ternyata pada saat itu Sultan berpuasa meski waktu itu bukan bulan Ramadan. Rupanya, Sultan memang sudah terbiasa melaksanakan puasa sunah. Ketika rombongan IYE pulang, Sultan masih menyempatkan diri mengantar tim IYE ke bandara.

Kalau Agasha ceritanya lain lagi. Pada saat pulang liburan dari Amerika, Agasha menyempatkan diri bersilaturahmi ke ruko KPM. Kebetulan pada saat itu anak-anak kelas khusus sedang belajar di ruko KPM sehingga kesempatan langka itu saya gunakan untuk mempersilakan Agasha untuk bercerita tentang pengalaman menuntut ilmu di Amerika dan memberi motivasi kepada adik-adik kelasnya di KPM.

Kegiatan itu sangat bermanfaat dan berdampak positif bagi anak-anak kelas khusus, sehingga banyak di antara mereka saat ini kuliah di luar negeri. Perihal perhatian, orang tua Agasha termasuk orang tua alumni KPM yang masih perhatian ketika KPM merayakan ulang tahun.

Dari kisah kedua alumni ini, saya bisa memetik sebuah pelajaran untuk kita semua, di antaranya adalah belajar tatap muka dan mengikuti kegiatan-kegiatan KPM secara offline akan sangat bermanfaat untuk anak-anak KPM karena bisa mempererat keakraban dan persaudaraan yang akan sangat berguna untuk masa depan anak-anak tersebut.

Sayangnya saat ini banyak orang tua yang lebih memilih agar anak-anaknya tetap belajar secara online karena lebih murah, hemat waktu, dan tidak perlu lelah. Padahal dengan belajar secara online, manfaat yang didapat hanya berupa pengetahuan, tapi pertemanan bahkan persahabatan dengan anak-anak pintar justru tidak terbentuk. Hal yang jauh lebih penting adalah keberkahan ilmu akan lebih terasa jika bertemu langsung dengan gurunya. Keberkahan ilmu ini akan menentukan kesuksesan seorang murid di masa depan. Hal ini akan sulit didapatkan kalau kita masih suka belajar online.

Pesan juga untuk para alumni dan orang tua alumni. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman para alumni dan orang tuanya yang masih menjaga hubungan baik dengan KPM dan Pak Ridwan, biasanya kehidupannya lancar dan sukses. Bahkan ada yang merasa kehidupan yang dijalani jauh lebih baik dari yang seharusnya dia dapatkan, hal itu diakuinya karena berkah KPM dan takzim pada guru.

Hal ini sebenarnya mudah dipahami karena KPM dengan bayaran seikhlasnya, insyaallah menjadi lembaga yang banyak berkahnya, sehingga orang-orang pun masih menjalin silaturahmi dengan KPM walaupun sudah menjadi alumni. Dengan begitu, insyaallah akan ketularan berkahnya. Semoga pesan ini bisa dipahami dengan baik.

 

Bogor, 27 Juli 2022

Ridwan Hasan Saputra

Read more...

REMAJA KEBUN RAYA

Saat saya dan istri berjalan kaki di siang hari mengelilingi Kebun Raya Bogor (KRB) pada Minggu, 24 Juli 2022, saya melihat pemandangan di luar KRB yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya melihat banyak remaja seusia SD dan SMP asyik nongkrong di sekitar Lawang Salapan dekat Tugu Kujang sampai Sungai Ciliwung dekat Lapangan Sempur. Tak hanya remaja laki-laki, dalam perkumpulan tersebut juga terlihat remaja perempuan, baik yang berkerudung maupun tidak turut bercampur baur menikmati rokok.

Kemudian saya mendengar seorang remaja perempuan berlari sambil menjawab pertanyaan kawannya, kalimat yang saya dengar adalah bahasa Sunda yang dibumbui dengan kata-kata kebun binatang. Sepertinya ini sudah menjadi bahasa remaja ini sehari-hari ketika berkomunikasi dengan teman-temannya.

Pakaian yang dikenakan para remaja ini ada yang sopan namun tak sedikit yang mengumbar aurat. Aktivitas mereka kebanyakan berkerumun, selfie-selfie, dan berpelukan yang mungkin dilakukan dengan pacarnya. Ketika saya ingin mengakhiri acara jalan kaki keliling KRB sekitar pukul 2 siang, saya melihat para remaja ini mulai beranjak pulang dan yang paling mengejutkan mereka menyetop mobil bak terbuka, bahkan ada yang menyetop truk tangki dan kemudian naik di atasnya.

Tak hanya remaja laki-laki, remaja perempuan pun turut melakukan hal tersebut. Saya berpikir, “Oh ini mungkin remaja Bogor zaman sekarang”. Bagi saya karena KRB itu tempat umum, jadi siapa pun boleh-boleh saja untuk nongkrong selama tidak merusak lingkungan. Saya tidak tahu apakah hal yang saya lihat minggu kemarin itu terjadi tiap minggu atau hanya hari Minggu kemarin saja.

Jika ini terjadi tiap minggu maka bisa jadi warga luar Bogor yang datang berkunjung ke KRB akan berpikir bahwa remaja Bogor adalah seperti yang nongkrong saat itu, dan kesimpulan itu tidak bisa disalahkan. Tinggal masalahnya bagi orang Bogor apakah wilayah sekitar KRB di hari Minggu akan jadi tempat nongkrong remaja tanpa  memberi manfaat yang jelas atau akan jadi tempat nongkrong yang bisa memberi manfaat yang jelas untuk berbagai pihak.

Saya berpikir jika saja setiap hari Minggu di sekitar KRB ada kegiatan yang bermanfaat, seperti diadakan atraksi berbagai kesenian khas Bogor yang sifatnya berkeliling KRB, sholawatan dengan alat tepuk rebana sambil mengelilingi KRB, dan kegiatan positif lainnya. Jika hal-hal ini dilakukan, semoga bisa membuat anak-anak yang nongkrong seperti yang saya ceritakan di atas akan mendapat pengetahuan yang bermanfaat.

Semoga kegiatan ini pun mengundang remaja Bogor yang lain, yang biasanya beristirahat di hari Minggu karena sudah sibuk belajar hari-hari sebelumnya, untuk hadir di sekitar KRB karena ada kegiatan-kegiatan ini. Jika hal itu terjadi maka wajah remaja Bogor di pandangan orang yang berkunjung ke Bogor insyaallah akan berubah dan yang ke Kebun Raya Bogor akan mendapat banyak manfaat.

Tulisan ini hanyalah ide saja, karena saya sebagai masyarakat biasa sepertinya sulit untuk mewujudkan itu. Semoga ada pimpinan padepokan kesenian, pimpinan ormas, pimpinan pondok pesantren, apalagi aparat pejabat pemerintah yang membaca tulisan ini setuju dengan tulisan saya dan semoga mau mewujudkannya.

 

Bogor, 26 Juli 2022

Marzuki

 

Read more...